15 Juli 2009

Menghindari Bulliying

Bullying (perilaku mengancam, menindas dan membuat perasaan orang lain tidak nyaman) berlangsung dari masa ke masa di dalam dunia pendidikan. Bahkan terakhir, dunia pendidikan di Indonesia dikejutkan kembali dengan kasus bullying di sebuah SMA di Jakarta.

10 Juli 2009

Model-model Pembelajaran

Model-model Pembelajaran


Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya, kita (guru) harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.
Berikut ini disajikan beberapa model pembelajaran, untuk dipilih dan dijadikan alternatif sehingga cocok untuk situasi dan kjondisi yang dihadapi. Akan tetapi sajian yang dikemukakan pengantarnya berupa pengertian dan rasional serta sintaks (prosedur) yang sifatnya prinsip, modifikasinya diserahkan kepada guru untuk melakukan penyesuaian, penulis yakin kreativitas para guru sangat tinggi.


1. Koperatif (CL, Cooperative Learning).
Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusis sebagai makhluq sosial yang penuh ketergantungan dengan otrang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembegian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksu konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siawa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.
Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.


2. Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif - nyaman dan menyenangkan. Pensip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.
Ada tujuh indokator pembelajarn kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis), reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya darei berbagai aspek dengan berbagai cara).


3. Realistik (RME, Realistic Mathematics Education)
Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan oleh Freud di Belanda dengan pola guided reinventiondalam mengkontruksi konsep-aturan melalui process of mathematization, yaitu matematika horizontal (tools, fakta, konsep, prinsip, algoritma, aturan uantuk digunakan dalam menyelesaikan persoalan, proses dunia empirik) dan vertikal (reoorganisasi matematik melalui proses dalam dunia rasio, pengemabngan mateastika).
Prinsip RME adalah aktivitas (doing) konstruksivis, realitas (kebermaknaan proses-aplikasi), pemahaman (menemukan-informal daam konteks melalui refleksi, informal ke formal), inter-twinment (keterkaitan-intekoneksi antar konsep), interaksi (pembelajaran sebagai aktivitas sosial, sharing), dan bimbingan (dari guru dalam penemuan).


4. Pembelajaran Langsung (DL, Direct Learning)
Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada ketrampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung. Sintaknya adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan metode ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi).


5. Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning)
Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemamuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap hatrus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dap[at berpikir optimal.
Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri


6. Problem Solving
Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, .atau algoritma). Sintaknya adalah: sajiakn permasalah yang memenuhi criteria di atas, siswa berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau atuiran yang disajikan, siswa mengidentifkasi, mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi.


7. Problem Posing
Bentuk lain dari problem posing adaslah problem posing, yaitu pemecahan masalah dngan melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simple sehingga dipahami. Sintaknya adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan, menimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative, menyusun soal-pertanyaan.


8. Problem Terbuka (OE, Open Ended)
Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa dituntuk unrtuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban, jawaban siswa beragam. Selanjtynya siswa juda diinta untuk menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut. Denga demikian model pembelajaran ini lebih mementingkan proses daripada produk yang akan membentiuk pola piker, keterpasuan, keterbukaan, dan ragam berpikir.
Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna secara matematik (gunakan gambar, diagram, table), kembangkan peremasalahan sesuai dengan kemampuan berpikir siswa, kaitakkan dengan materi selanjutnya, siapkan rencana bimibingan (sedikit demi sedikit dilepas mandiri).
Sintaknya adlaha menyajikan masalah, pengorganisasian pembelajaran, perhatikan dan catat reson siswa, bimbingan dan pengarahan, membuat kesimpulan.


9. Probing-prompting
Teknik probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian petanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan engetahuan sisap siswa dan engalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa memngkonstruksiu konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan.
Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari prses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi sausana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. Untuk mngurang kondisi tersebut, guru hendaknya serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi


10. Pembelajaran Bersiklus (cycle learning)
Ramsey (1993) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif secara bersiklus, mulai dari eksplorasi (deskripsi), kemudian eksplanasi (empiric), dan diakhiri dengan aplikasi (aduktif). Eksplorasi berarti menggali pengetahuan rasyarat, eksplnasi berarti menghenalkan konsep baru dan alternative pemecahan, dan aplikasi berarti menggunakan konsep dalam konteks yang berbeda.


11. Reciprocal Learning
Weinstein & Meyer (1998) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran harus memperhatikan empat hal, yaitu bagaimana siswa belajar, mengingat, berpikir, dan memotivasi diri. Sedangkan Resnik (1999) mwengemukan bhawa belajar efektif dengan cara membaca bermakna, merangkum, bertanya, representasi, hipotesis.
Untuk mewujudkan belajar efektif, Donna Meyer (1999) mengemukakan cara pembelajaran resiprokal, yaitu: informasi, pengarahan, berkelompok mengerjakan LKSD-modul, membaca-merangkum.


12. SAVI
Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indar yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari: Somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melaluui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan penndepat, dan mennaggapi; Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melallui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunbakan media dan alat peraga; dan Intellectualy yang bermakna bahawa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on) nbelajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.


13. TGT (Teams Games Tournament)
Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bis aberbeda. SDetelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamikia kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskuisi nyaman dan menyenangkan sepeti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah , lembut, santun, dan ada sajian bodoran. Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok sehuingga terjadi diskusi kelas.
Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau dalam rangak mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian raport. Sintaknya adalah sebagai berikut:


a. Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan informasi pokok materi dan \mekanisme kegiatan
b. Siapkan meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-X ditepati oleh siswa yang levelnya paling rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu adalah hasil kesewpakatan kelompok.
c. Selanjutnya adalah opelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu terttentu (misal 3 menit). Siswa bisda nmngerjakan lebbih dari satu soal dan hasilnya diperik\sa dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan sekaligus skor kelompok asal. Siswa pada tiap meja tunamen sesua dengan skor yang dip[erolehnay diberikan sebutan (gelar) superior, very good, good, medium.
d. Bumping, pada turnamen kedua ( begitu juga untuk turnamen ketiga-keempat dst.), dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi, siswa superior dalam kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang sama.
e. Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan penghargaan kelompok dan individual.


14. VAK (Visualization, Auditory, Kinestetic)
Model pebelajaran ini menganggap bahwa pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan ketiga hal tersebut di atas, dengan perkataan lain manfaatkanlah potensi siwa yang telah dimilikinya dengan melatih, mengembangkannya. Istilah tersebut sama halnya dengan istilah pada SAVI, dengan somatic ekuivalen dengan kinesthetic.


15. AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition)
Model pembelajaran ini mirip dengan SAVI dan VAK, bedanya hanyalah pada Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalama, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau quis.


16. TAI (Team Assisted Individualy)
Terjemahan bebas dari istilah di atas adalah Bantuan Individual dalam Kelompok (BidaK) dengan karateristirk bahwa (Driver, 1980) tanggung jawab vbelajar adalah pada siswa. Oleh karena itu siswa harus membangun pengetahuan tidak menerima bentuk jadi dari guru. Pola komunikasi guru-siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi.
Sintaksi BidaK menurut Slavin (1985) adalah: (1) buat kelompok heterogen dan berikan bahan ajar berupak modul, (2) siswa belajar kelompok dengan dibantu oleh siswa pandai anggota kelompok secara individual, saling tukar jawaban, saling berbagi sehingga terjadi diskusi, (3) penghargaan kelompok dan refleksi serta tes formatif.

17. STAD (Student Teams Achievement Division)
STAD adalah salah sati model pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan belajar-LKS-modul secara kolabratif, sajian-presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan berikan reward.


18. NHT (Numbered Head Together)
NHT adalah salah satu tipe dari pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiasp siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok dengan nomnor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan beri reward.


19. Jigsaw
Model p[embeajaran ini termasuk pembelajaran koperatif dengan sintaks sepeerti berikut ini. Pengarahan, iformasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok, tiap anggota kelompok bertugas membahasa bagian tertentu, tuiap kelompok bahan belajar sama, buat kelompok ahli sesuai bagian bahan ajar yang sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi, kembali ke kelompok aasal, pelaksnaa tutorial pada kelompok asal oleh anggotan kelompok ahli, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.


20. TPS (Think Pairs Share)
Model pembelajaran ini tergolong tipe koperatif dengan sintaks: Guru menyajikan materi klasikal, berikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi kelompok (share), kuis individual, buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.


21. GI (Group Investigation)
Model koperatif tipe GI dengan sintaks: Pengarahan, buat kelompok heterogen dengan orientasi tugas, rencanakan pelaksanaan investigasi, tiap kelompok menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas, misal mengukur tinggi pohon, mendata banyak dan jenis kendaraan di dalam sekolah, jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah, banyak guru dan staf sekolah), pengoalahn data penyajian data hasi investigasi, presentasi, kuis individual, buat skor perkem\angan siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.


22. MEA (Means-Ends Analysis)
Model pembelajaran ini adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan sintaks: sajikan materi dengan pendekatan pemecahan masalah berbasis heuristic, elaborasi menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana, identifikasi perbedaan, susun sub-sub masalah sehingga terjadli koneksivitas, pilih strategi solusi


23. CPS (Creative Problem Solving)
Ini juga merupakan variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah melalui teknik sistematik dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Sintaksnya adalah: mulai dari fakta aktual sesuai dengan materi bahan ajar melalui tanya jawab lisan, identifikasi permasalahan dan fokus-pilih, mengolah pikiran sehingga muncul gagasan orisinil untuk menentukan solusi, presentasi dan diskusi.


24. TTW (Think Talk Write)
Pembelajaran ini dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternative solusi), hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian buat laopran hasil presentasi. Sinatknya adalah: informasi, kelompok (membaca-mencatatat-menandai), presentasi, diskusi, melaporkan.


25. TS-TS (Two Stay – Two Stray)
Pembelajaran model ini adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap di kelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja kelompok, kembali ke kelompok asal, kerja kelompok, laporan kelompok.


26. CORE (Connecting, Organizing, Refleting, Extending)
Sintaknya adalah (C) koneksi informasi lama-baru dan antar konsep, (0) organisasi ide untuk memahami materi, (R) memikirkan kembali, mendalami, dan menggali, (E) mengembangkan, memperluas, menggunakan, dan menemukan.


27. SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review)
Pembelajaran ini adalah strategi membaca yang dapat mengembangkan meta kognitif siswa, yaitu dengan menugaskan siswa untuk membaca bahan belajar secara seksama-cermat, dengan sintaks: Survey dengan mencermati teks bacaan dan mencatat-menandai kata kunci, Question dengan membuat pertanyaan (mengapa-bagaimana, darimana) tentang bahan bacaan (materi bahan ajar), Read dengan membaca teks dan cari jawabanya, Recite dengan pertimbangkan jawaban yang diberikan (cartat-bahas bersama), dan Review dengan cara meninjau ulang menyeluruh


28. SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review)
SQ4R adalah pengembangan dari SQ3R dengan menambahkan unsur Reflect, yaitu aktivitas memberikan contoh dari bahan bacaan dan membayangkan konteks aktual yang relevan.


29. MID (Meaningful Instructionnal Design)
Model ini adalah pembnelajaran yang mengutyamakan kebermaknaan belajar dan efektifivitas dengan cara membuat kerangka kerja-aktivitas secara konseptual kognitif-konstruktivis. Sintaknya adalah (1) lead-in dengan melakukan kegiatan yang terkait dengan pengalaman, analisi pengalaman, dan konsep-ide; (2) reconstruction melakukan fasilitasi pengalaan belajar; (3) production melalui ekspresi-apresiasi konsep


30. KUASAI
Pembelajaran akan efektif dengan melibatkan enam tahap berikut ini, Kerangka pikir untuk sukses, Uraikan fakta sesuai dengan gaya belajar, Ambil pemaknaan (mengetahui-memahami-menggunakan-memaknai), Sertakan ingatan dan hafalkan kata kunci serta koneksinya, Ajukan pengujian pemahaman, dan Introspeksi melalui refleksi diri tentang gaya belajar.


31. CRI (Certainly of Response Index)
CRI digunakan untuk mengobservasi proses pembelajaran yang berkenaan dengan tingkat keyakinan siswa tentang kemampuan yang dimilkinya untuk memilih dan menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya. Hutnal (2002) mengemukakan bahwa CRI menggunakan rubric dengan penskoran 0 untuk totally guested answer, 1 untuk amost guest, 2 untuk not sure, 3 untuk sure, 4 untuk almost certain, dn 5 untuk certain.


32. DLPS (Double Loop Problem Solving)
DPLS adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan penekanan pada pencarian kausal (penyebab) utama daritimbulnya masalah, jadi berkenaan dengan jawaban untuk pertanyaan mengapa. Selanutnya menyelesaikan masalah tersebut dengan cara menghilangkan gap uyang menyebabkan munculnya masalah tersebut.
Sintaknya adalah: identifkasi, deteksi kausal, solusi tentative, pertimbangan solusi, analisis kausal, deteksi kausal lain, dan rencana solusi yang terpilih. Langkah penyelesdai maslah sebagai berikurt: menuliskan pernyataan masalah awal, mengelompokkan gejala, menuliskan pernyataan masalah yang telah direvisi, mengidentifikasui kausal, imoplementasi solusi, identifikasi kausal utama, menemukan pilihan solusi utama, dan implementasi solusi utama.


33. DMR (Diskursus Multy Reprecentacy)
DMR adalah pembelajaran yang berorientasi pada pembentukan, penggunaan, dan pemanfaatan berbagai representasi dengan setting kelas dan kerja kelompok. Sintaksnya adalah: persiapan, pendahuluan, pengemabangan, penerapan, dan penutup.


34. CIRC (Cooperative, Integrated, Reading, and Composition)
Terjemahan bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara koperatif –kelompok. Sintaksnya adalah: membentuk kelompok heterogen 4 orang, guru memberikan wacana bahan bacaan sesuai dengan materi bahan ajar, siswa bekerja sama (membaca bergantian, menemukan kata kunci, memberikan tanggapan) terhadap wacana kemudian menuliskan hasil kolaboratifnya, presentasi hasil kelompok, refleksi.


35. IOC (Inside Outside Circle)
IOC adalah mode pembelajaran dengan sistim lingkaran kecil dan lingkaran besar (Spencer Kagan, 1993) di mana siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan ssingkat dan teratur. Sintaksnya adalah: Separu dari sjumlah siswa membentuk lingkaran kecil menghadap keluar, separuhnya lagi membentuk lingkaran besar menghadap ke dalam, siswa yang berhadapan berbagi informasi secara bersamaan, siswa yang berada di lingkran luar berputar keudian berbagi informasi kepada teman (baru) di depannya, dan seterusnya


36. Tari Bambu
Model pembelajaran ini memberuikan kesempatan kepada siswa untuk berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda secara teratur. Strategi ini cocok untuk bahan ajar yang memerlukan pertukaran pengalaman dan pengetahuan antar siswa. Sintaksnya adalah: Sebagian siswa berdiri berjajar di depoan kelas atau di sela bangku-meja dan sebagian siswa lainnya berdiri berhadapan dengan kelompok siswa opertama, siswa yang berhadapan berbagi pengalkaman dan pengetahuan, siswa yang berdiri di ujung salah satui jajaran pindah ke ujunug lainnya pada jajarannya, dan kembali berbagai informasi.


37. Artikulasi
Artikulasi adlah mode pembelajaran dengan sintaks: penyampaian konpetensi, sajian materi, bentuk kelompok berpasangan sebangku, salah satu siswa menyampaikan materi yang baru diterima kepada pasangannya kemudian bergantian, presentasi di depan hasil diskusinya, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan.


38. Debate
Debat adalah model pembalajaranb dengan sisntaks: siswa menjadi 2 kelompok kemudian duduk berhadapan, siswa membaca materi bahan ajar untuk dicermati oleh masing-masing kelompok, sajian presentasi hasil bacaan oleh perwakilan salah satu kelompok kemudian ditanggapi oleh kelompok lainnya begitu setrusnya secara bergantian, guru membimbing membuat kesimpulan dan menambahkannya biola perlu.


39. Role Playing
Sintak dari model pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan scenario pembelajaran, menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari scenario tersebut, pembentukan kelompok siswa, penyampaian kompetensi, menunjuk siswa untuk melakonkan scenario yang telah dipelajarinya, kelompok siswa membahas peran yang dilakukan oleh pelakon, presentasi hasil kelompok, bimbingan penimpoulan dan refleksi.


40. Talking Stick
Suintak pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan tongkat, sajian materi pokok, siswa mebaca materi lengkap pada wacana, guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa dan siswa yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru, tongkat diberikan kepad siswa lain dan guru memberikan petanyaan lagi dan seterusnya, guru membimbing kesimpulan-refleksi-evaluasi.


41. Snowball Throwing
Sintaknya adalah: Informasi materi secara umum, membentuk kelompok, pemanggilan ketua dan diberi tugas membahas materi tertentu di kelompok, bekerja kelompok, tiap kelompok menuliskan pertanyaan dan diberikan kepada kelompok lain, kelompok lain menjawab secara bergantian, penyuimpulan, refleksi dan evaluasi


42. Student Facilitator and Explaining
Langkah-langkahnya adalah: informasi kompetensi, sajian materi, siswa mengembangkannya dan menjelaskan lagi ke siswa lainnya, kesimpulan dan evaluasi, refleksi.


43. Course Review Horay
Langkah-langkahnya: informasi kompetensi, sajian materi, tanya jawab untuk pemantapan, siswa atau kelompok menuliskan nomor sembarang dan dimasukkan ke dalam kotak, guru membacakan soal yang nomornya dipilih acak, siswa yang punya nomor sama dengan nomor soal yang dibacakan guru berhak menjawab jika jawaban benar diberi skor dan siswa menyambutnya dengan yel hore atau yang lainnya, pemberian reward, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.


44. Demostration
Pembelajaran ini khusu untuk materi yang memerlukan peragaan media atau eksperimen. Langkahnya adalah: informasi kompetensi, sajian gambaran umum materi bahan ajar, membagi tugas pembahasan materi untuk tiap kelompok, menunjuk siswa atau kelompok untuk mendemonstrasikan bagiannya, dikusi kelas, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.


45. Explicit Instruction
Pembelajaran ini cocok untuk menyampaikan materi yang sifatnya algoritma-prosedural, langkah demi langkah bertahap. Sintaknya adalah: sajian informasi kompetensi, mendemontrasikan pengetahuan dan ketrampilan procedural, membimbing pelatihan-penerapan, mengecek pemahaman dan balikan, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.


46. Scramble
Sintaknya adalah: buatlah kartu soal sesuai marteri bahan ajar, buat kartu jawaban dengan diacak nomornya, sajikan materi, membagikan kartu soal pada kelompok dan kartu jawaban, siswa berkelompok mengerjakan soal dan mencari kartu soal untuk jawaban yang cocok.


47. Pair Checks
Siswa berkelompok berpasangan sebangku, salah seorang menyajikan persoalan dan temannya mengerjakan, pengecekan kebenaran jawaban, bertukar peran, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.


48. Make-A Match
Guru menyiapkan kartu yang berisi persoalan-permasalahan dan kartu yang berisi jawabannya, setiap siswa mencari dan mendapatkan sebuah kartu soal dan berusaha menjawabnya, setiap siswa mencari kartu jawaban yang cocok dengan persoalannya siswa yang benar mendapat nilai-reward, kartu dikumpul lagi dan dikocok, untuk badak berikutnya pembelaarn seperti babak pertama, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.


49. Mind Mapping
Pembelajaran ini sangat cocok untuk mereview pengetahuan awal siswa. Sintaknya adalah: informasi kompetensi, sajian permasalahan terbuka, siswa berkelompok untuk menanggapi dan membuat berbagai alternatiu jawababn, presentasi hasuil diskusi kelompok, siswa membuat ksimpulan dari hasil setiap kelompok, evaluasi dan refleksi.


50. Examples Non Examples
Persiapkan gambar, diagram, atau tabel sesuai materi bahan ajar dan kompetensi, sajikan gambar ditempel atau pakai OHP, dengan petunjuk guru siswa mencermati sajian, diskusi kelompok tentang sajian gambar tadi, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan, valuasi dan refleksi.


51. Picture and Picture
Sajian informasi kompetensi, sajian materi, perlihatkan gambar kegiatan berkaitan dengan materi, siswa (wakil) mengurutkan gambar sehingga sistematik, guru mengkonfirmasi urutan gambar tersebut, guru menanamkan konsep sesuai materi bahan ajar, penyimpulan, evaluasi dan refleksi.


52. Cooperative Script
Buat kelompok berpasangan sebangku, bagikan wacana materi bahan ajar, siswa mempelajari wacana dan membuat rangkuman, sajian hasil diskusi oleh salah seorang dan yang lain menanggapi, bertukar peran, penyimpulan, evaluasi dan refleksi.


53. LAPS-Heuristik
Heuristik adalah rangkaian pertanyaan yang bertisfat tuntunan dalam rangaka solusi masalah. LAPS ( Logan Avenue Problem Solving) dengan kata Tanya apa masalahnya, adakah alternative, apakah bermanfaat, apakah solusinya, dan bagaimana sebaiknya mengerjakannya. Sintaks: pemahaman masalah, rencana, solusi, dan pengecekan.


54. Improve
Improve singkatan dari Introducing new concept, Metakognitive questioning, Practicing, Reviewing and reducing difficulty, Obtaining mastery, Verivication, Enrichment. Sintaknya adalah sajian pertanyaan untuk mengantarkan konsep, siswa latian dan bertanya, balikan-perbnaikan-pengayaan-interaksi.


55. Generatif
Basi gneratif adalah konstruksivisme dengan sintaks orintasi-motivasi, pengungkapan ide-konsep awal, tantangan dan restruturisasi sajiankonsep, aplikasi, ranguman, evaluasi, dan refleksi


56. Circuit Learning
Pembelajaran ini adalah dengan memaksimalkan pemberdayaan pikiran dan perasaan dengan pola bertambah dan mengulang. Sintaknya adalah kondisikan situasi belajar kondusif dan focus, siswa membuat catatan kreatif sesuai dengan pola pikirnya-peta konsep-bahasa khusus, Tanya jawab dan refleksi


57. Complette Sentence
Pembelajaran dengan model melengkapi kalimat adalah dengan sintakas: sisapkan blanko isian berupa aparagraf yang kalimatnya belum lengkap, sampaikan kompetensi, siswa ditugaskan membaca wacana, guru membentuk kelompok, LKS dibagikan berupa paragraph yang kaliatnya belum lengkap, siswa berkelompok melengkapi, presentasi.


58. Concept Sentence
Proseduirnya adalah poenyampaian kompetensi, sajian materi, membentuk kelompok heterogen, guru menyiapkan kata kunci sesuai materi bahan ajar, tia kelompok membeuat kalimat berdasarkankata kunci, presentasi.


59. Time Token
Model ini digunakan (Arebds, 1998) untuk melatih dan mengembangkan ketrampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali. Langkahnya adalah kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi, tiap siswa diberi kupon bahan pembicaraan (1 menit), siswa berbicara (pidato-tidak membaca) berdasarkan bahan pada kupon, setelah selesai kupon dikembalikan.


60. Take and Give
Model pembelajaran menerima dan memberi adalah dengan sintaks, siapkan kartu dengan yang berisi nama siswa - bahan belajar - dan nama yang diberi, informasikan kompetensi, sajian materi, pada tahap pemantapan tiap siswa disuruh berdiri dan mencari teman dan saling informasi tentang materi atau pendalaman-perluasannya kepada siswa lain kemudian mencatatnya pada kartu, dan seterusnya dengan siswa lain secara bergantian, evaluasi dan refleksi


61. Superitem
Pembelajaran ini dengan cara memberikan tugas kepada siswa secara bertingkat-bertahap dari simpel ke kompleks, berupa opemecahan masalah. Sintaksnya adalah ilustrasikan konsep konkret dan gunakan analogi, berikan latihan soal bertingkat, berikan sal tes bentuk super item, yaitu mulai dari mengolah informasi-koneksi informasi, integrasi, dan hipotesis.

62. Hibrid

Model hibrid adalah gabungan dari beberapa metode yang berkenaan dengan cara siswa mengadopsi konsep. Sintaknya adalah pembelajaran ekspositori, koperatif-inkuiri-solusi-workshop, virtual workshop menggunakan computer-internet.


63. Treffinger
Pembelajaran kreatif dengan basis kematangan dan pengetahuan siap. Sintaks: keterbukaan-urun ide-penguatan, penggunaan ide kreatif-konflik internal-skill, proses rasa-pikir kreatif dalam pemecahan masalah secara mandiri melalui pemanasan-minat-kuriositi-tanya, kelompok-kerjasama, kebebasan-terbuka, reward.


64. Kumon
Pembelajarn dengan mengaitkan antar konsep, ketrampilan, kerja individual, dan menjaga suasana nyaman-menyenangkan. Sintaksnya adalah: sajian konsep, latihan, tiap siswa selesai tugas langsung diperiksa-dinilai, jika keliru langsung dikembalikan untuk diperbaiki dan diperiksa lagi, lima kali salah guru membimbing.


65. Quantum
Memandang pelaksanaan pembelajaran seperti permainan musik orkestra-simfoni. Guru harus menciptakan suasana kondusif, kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif, dan saling menghargai. Prinsip quantum adalah semua berbicara-bermakna, semua mempunyai tujuan, konsep harus dialami, tiap usaha siswa diberi reward. Strategi quantum adalah tumbuhkan minat dengan AMBak, alami-dengan dunia realitas siswa, namai-buat generalisasi sampai konsep, demonstrasikan melalui presentasi-komunikasi, ulangi dengan Tanya jawab-latihan-rangkuman, dan rayakan dengan reward dengan senyum-tawa-ramah-sejuk-nilai-harapan.

Dikutip dari http://www.muhfida.com

09 Juli 2009

Buah Hati

Ini nih, Muhammad Qois Kiswara. Lahir tanggal 13 Desember 2008 dengan berat 3,1 kg. Waktu usia 1 samapi 2 bulan, hampir tiap malam ayah dan mama hampir jarang tidur, habis nangis saja.... dan minumnya itu, luar biasa banter...!! sebentar - sebentar bangun, minta minum susu. Tapi sekarang sudah pinter, kenal mana ayah dan mamanya. Kalau ditinggal mamanya..oe...oe..nangis and matanya ngikuti kemana perginya...

Cukup unik juga, dari lahir sampai sekarang rambutnya gak tumbuh - tumbuh, ya segitu itu... bu bidan dan pak dokter bilang kalau saatnya nanti rambutnya pasti akan lebat...Wassalam.

Mendidik Anak

Dari hasil pengamatan,wawancara dengan rekan kerja dan berdasarkan pengalaman sendiri,bahwa orang tua sangat besar peranya dalam mendidik anak, terutama pada anak-anak sejak kecil. Mendidik anak sejak dini sangat menentukan bagaimana perkembangan kedewasaan anak. Sebagai orang tua apapun tingkah lakunya akan dilihat oleh anak dan dijadikan contoh perilaku anak,baik yang baik maupun yang buruk sekalipun. Karena pada dasarnya anak berumur dibawah lima tahun rasa ingin tahu dan belajarnya sangat tinggi. Daya ingat bagi anak dibawah lima tahun sangat tajam dan sebagai orang tua sudah layaknya memberikan cotoh dalam kehidupan sehari-hari pada kegiatan-kegiatan yang positif. Sebagai contoh bila orang tua suka membaca, atau suka menulis atau suka berolah raga atau suka menonton film-film barat dan sebagainya,si anakpun cenderung akan mencontohnya. Karena itu berbanggalah orang tua bila bisa melakukan kegiatan-kegiatan positif seperti tersebut diatas sebagai contoh, nantinya akan menanamkan jiwa pada diri anak untuk suka menulis,menggambar,membaca dan lain-lain.

Berikut ini adalah beberapa tips mendidik anak sejak usia dini:

1.Berikan contoh dengan mengajaknya ikut serta pada kegiatan sehari-hari yang positif.

-Membersih ruangan rumah,Biasanya anak-anak yang suka bermain-main dengan mainanya akan membuat situasi berantakan di ruangan rumah, ajarkan pada anak untuk bisa membersihkan dan merapikan sendiri setelah selesai bermain.

-Membaca buku-buku bacaan. Buku-buku bacaan sebagai altenatif guru yang baik. Buku sebagai sumber ilmu yang tiada batas,banyak jenis buku yang bisa dibaca dan mebahas berbagai tema dan masalah.

-Membaca Majalah atau Koran,dengan membaca koran dan majalah akan menambah wawasan pada orang tua sehingga bisa mempunyai wawasan yang lebih luas dan bisa diajarkan.

-Membaca Kitab Suci.Dengan mendengarkan acaan kitab suci biasanya sianak akan memiliki spiritual yang lebih baik bila dewasa kelak.

-Menulis,Anak akan memperhatikan bila orang tua sedang menulis dan akan menirunya dengan coret-coret, biasanya didinding namun sebaiknya dibuku-buku yang telah disediakan orang tua,sehingga termasuk juga mengajarkan keapian dan kebersihan.

-Bagi keluarga yang punya halaman berumput, biasanya setiap bulan sekali rumput akan jadi panjang dan tidak beraturan, maka anak bisa diajari juga bagaimana merapikan halaman.

-Mencuci kendaraan,baik motor maupun mobil bila tidak terlalu kotor bisa dicuci sendiri dirumah, sekaligus mengajarkan anak bagaimana memperlakukan kendaraan.

-Mengajak kebengkel, biasanya anak akan senang bila diajak ikut serta kebengkel,dan biasanya akan menambah ide bagi si anak untuk lebih mengenal jenis kendaraan bermotor,bisa juga nanti menjadi idola sianak untuk berwiraswasta dengan membuka bengkel dan lain-lain.

2.Berikan contoh untuk mentaati waktu, Yaitu waktu bermain, waktu belajar dan waktu tidur. Biasanya anak dibawah lima tahun memerlukan waktu tidur lebih banyak dibandingkan dengan orang dewasa.Sehingga sebagai orang tua terutama Ibu harus bisa mengajarkan waktu-waktu kapan harus bermain dan kapan harus beristirahat. Hal ini dilakukan untuk kesehatan anak itu sendiri.

3.Menghindarkan anak-anak dari hal-hal yang bersifat buruk:

-Bertengkar didepan anak-anak, karena dengan bertengkar didepan anak-anak secara otomatis akan memberikan contoh kekerasan dalam keluarga didepan anak, sehingga bisa menimbulkan trauma psikis pada si anak itu sendiri.

-Membiarkan anak tidak disiplin, kadang didikan keras bisa membuat disiplin pada sianak,dengan dimanja anak tidak bisa mandii dan bertanggung jawab.

-Memukul anak secara langsung didepan anak-anak yang lain, akan mengakibatkan hilangnya rasa kepercayaan diri si anak.

-Bila Ayah sedang keras pada anak, dalam arti tujuan mendidik si ibu tidak boleh membela si anak, sebab bila dibela si anak tidak akan jera bila melakukan kesalahan. Sebaliknya bila Si Ibu sedang keras pada anak dalam arti mendidik,Sang ayah pun tidak boleh membela kesalahan pada anak,. Sehingga terjalin kerjasama mendidik anak yang baik dan seimbang.

-Jangan berikan tontonan baik berupa film-film kekerasan atau Sinotron drama yang bersifat cengeng dan mendramatisi, untuk menghindari anak dari sifat-sifat yang kurang baik dari dampak yang ditontonya.

4. Sisakan waktu bersama Anak-anak. Ditengah-tengah kesibukan sebagai orang tuan sisakan waktu untuk bermain bersama anak-anak,sehingga timbul rasa kasih sayang sekaligus pembelajaran pada anak.

5. Usia 7 tahun, bagi yang Moslem bila sampai belum Sholat ajarkan dengan sedikit keras, bisa dengan cambukan untuk mengingatkan anak agar segera sembahyang.

6. Diatas usia 7 tahun Anak akan bisa diberikan tangung jawab yang lebih,sehingga tidak terlalu merepotkan orang tua.
( Disarikan dari http://id.shvoong.com/humanities/1798317-tips-tips-mendidik-anak-sejak/)

07 Juli 2009

Senyum ala Van Java 2

ORA NDUWE ISIN

Kedadean iki nalika ana gawe ing daleme pak S, tangga desaku kang dadi pimpinan ing salah sijine kantor pemerintahan lan pancen sugih dhewe ing desane. Hajatan iku mantu putrane kang asma mbak S kang uga ngasata ing kantor pemerintah. Saliyane ngono dulure akeh lan akeh-akehe dadi pejabat. Acarane mantu uga ora baen–baen suwine, rong ndina rong mbengi lagi cukup.

Amarga acarane wong gedhe mau tangga–tangga desa padha krungu kabar. Mula bocah–bocah ning desaku ing malem kapisan ora ketinggalan padha nglencer nonton pasugatan sing pancen meriah lan kaya tontonan agustusan ing lapangan desa.

Ing wengi kang akhir bocah–bocah ora ketinggalan ngrencana budhal ndelok keramean ing daleme pak S. Ananging salah sijine bocah–bocah mau ana kang teka saka megawe ing Malaysia . Nduweni ide sapa kang wani macak nyleneh terus buwuh ing daleme pak S arepe dibayar, ya pancen wae duwite akeh. Ndilalah ya ana wong kang gelem nrima tantangane bocah–bocah mau. Wong mau aran kang T. Kang T nrima tantangan ngemperi salah siji acara ing TV kae, yaiku macak dadi wong edan nganggo sragam hansip lengkap karo mbisu.

Tenan, wengi iku kang T budhal nang daleme pak S diterake bocah–bocah. Kang T mlebu temenan dadi tamune pak S, dene bocah–bocah mau ambyur karo para warga kang padha ndelok hiburan ing kono.

Mesthi wae para penerima tamu ing kono padha bingung nrima tamu kang nyleneh kaya mangkono mau, tambah maneh aksine kang T kang mbisu. Malah durung dimanggakne, kang T kang dadi tamu nyleneh mau telap–telep mangani jajan lan sega rames ing kono. Ngerti ing ngarep rada umyek amarga ana tamu aneh, tuan rumahe mara ing ngarep nemoni karo nakoni kang T. Pranyata kang T panggah ora gelem nanggapi pak S, malah tansaya sengkut olehe mangan ing kono. Tuan rumahe tambah bingung amarga si tamu mau tambah katon tansaya nyleneh.

Dumadakan ana tamu kang mlebu karo nggawa kamera digital, nyoting lan nyedeki tamu mau. Sanalika tamu mau klunuh–klunuh pamitan, lha si tamu mau njagong karo pak S lan nagturake luput, yen tamu mau kongkonane bocah–bocah nom-noman. Mesthi wae pak S njomblak karo nggabloki tamune kang ora liya bocah kang lagi wae teka saka Malaysia , kang dadi sponsore tamu kang ora nduwe isin mau. Cah… cah kok ya ana–ana bae.*

NGESAKI APEL

Aku kelingan nalika dadi manten anyar, dina iku mentas wae diterake saka daleme morotuwo. Sakbubare sedulur-sedulur sing ngeterake aku sak kloron padha kondur, mesthi wae piyantun– piyantun pawon kang genti ribet. Masiya bojoku mau durung pati wanuh karo sedulur-sedulurku, terus lukar klambi manten ganti klambi biasa lan nimbrung melu ringkes–ringkes piring tilas isi jajan lan buah kang pating dhacah ana ing tumpang meja.

Bojoku ya katon semangat masiya rada isin, ya pancen durung nate tak jak nganti suwe ing omahku, mesthi durung ana kang dikenali sakliyane sedulur-sedulurku kandung lan dulur cedhak. Karo digojloki ngalor-ngidul, dhasar manten anyar, bojoku ya katon tatak wae karo setengah abang ireng.

Nalika ringkes-ringkes iku bojoku kepengin banget mangan apel abang kang isih ana ing piring kang diringkesi iku, ananging arep mangan iku yo isih sungkan karo kanca–kanca liya kang isih ribet ketambahan ethok-ethok rada isin barang ning daleme maratuwo. Jarene bojoku meleke menyang apel iku setengah ngiler. Saking pengine, bojoku tolah-toleh nggoleki ngenteni limpene kanca-kanca, terus ngesaki apel kang ana ing piring mau terus nerusake olehe rewang-rewang.

Cukup olehe ringkes-ringkes, terus rewang korah-korah ana mburi. Lha ngepasi iwut iku mau, bojoku lali karo apele kang ana sak, bubar dengklak-dengkluk njupuki piring-piring kang resik apel mau ceblok menyang mester saka sake. Mesthi wae nggawe kaget lan isinne bojoku. Lha wong-wong kang ing kono uga padha kudu ngguyu, apa tumon mantene wedok ngesaki apel. “Mbak-mbak didahar wae ya ora apa-apa lo, ning daleme dhewe wae kok”, guneme adikku. Ngerti kaya mangkono, sedulur-sedulur kang rewang malah saya ndadi olehe nggojloki. Mesthi wae nambahi isin lan abang irenge pipine bojoku, apa maneh bareng nglirik mara tuwa. Aduh dik, dik…*

Ayo senyum ala Van Java

CLANA SILIHAN

Nalika ing kos-kosan Lidah Wetan, Surabaya . Omah kosan iku dinggoni rolas bocah kuliahan. Saben sak kamar diisi bocah loro, dadi jumlahe kamar ana enem. Aku kebeneran bagian sak kamar karo bocah Adipala, Cilacap, Jawa Tengah.

Masiya dibagehi kamar dhewe-dhewe, bocah-bocah ora mesthi turu ing kamare. Mesthi manggon sak kepenake dhewe-dhewe. Semono uga aku, yen ngantuk ning kamar sebelah ya turu ning kana. Bar teka kampus kanca-kanca ngumpul ning kamar ngarep. Aku ya nimbrung ning kono, nganti barang-barang kaya buku, tas, lan klambi ing saben kamar mesthi ketinggalan.

Yen klambi, clana, nganggone ya mesthi gentian. Endi sing resik mesthi dhisik-dhisikan nganggo, endi sing cocok mesthi melu nganggo. Repote yen clana utawa klambi bar diumbah, sesuk arep dienggo terus didhisiki kanca. Jan mangkelake tenan.

Isuk kuwi ngepasi kuliahawan sekitar jam sanganan, mesthi wae bubar subuhanaku nyekingker maneh mandak kabeh wis siap, paling-paling kari sarapan isa ning protelon gang sepuluh karo budhal. Tangiku udakara jam wolu seprapatan, age-age adus, bali nyang kamar karo bebetan andhuk. Karo siso-siso aku mbukak lemari cilik wadhah sandhangan. Tak olak-alik clana lan klambi sing wis daksetlika wis ora ana. Wis , mesthi iki dienggo arek-arek, mikirku.

Tak goleki klambine arek-arek, kabeh sing resik wis ora ana. “kurang ajar tenan arek iki,” gremengku. Tak parani nang kamar-kamar liya kabeh wis budhal tur kamare kabeh dikunci. “Semprul tenan!” mbengokku. Lha piye kabeh klambi sing ana kari reget, pirang-pirang dina mesthi ora diumbah. Akhire dak wanek-wanekake ngampil ning pak kos. Bareng awakku cilik, pak kos gedhe , nggolek sing pas ya ora ana. Sak anane dak gawe wae. Teka kampus telat, pancen wayahe PPL 1, ndilalah aku oleh bagian tampil mulang urutan siji. Kanca-kancaku padha ngguyu kabeh nalika aku mlebu kantor. Nyapa?? Clanaku kegedhen lan resletinge isih mbukak…@

ESCALATOR MUDHUN DIKIRA MUNGGAH

Kaya biasane yen wisuda, bapak lan ibu mesthi rawuh. Nalikane adikku diwisudha dhek Nopember kepungkur, bapak, ibu, lan adhik-adhikku uga ora ketinggalan, dulurku kanga ran pak S uga katut pisan. Malah rencanane wis disusun sak wulan sadurunge acara.

Adhikku sing lanang malah nggawa program, sawise acara wisuda rampung kabeh kudu mampir Tunjungan Plazaidhep-idhep jarang nglencer ing Surabaya . Ananging pak S katone ora pati sarujuk amarga ing ndalem ana acara mantenane tonggo. Dhasar adhikku bocahe bandhel, pak S rada dipeksa tindak Tunjungan Plaza bebarengan.

Sawise acara wisuda rampung, langsung menyang Tunjungan Plaza . Tekan kana muter-muter ora bareng ning semayan, yen wis jam setengah papat kudu ning parkiran. Aku kebagian ndherekne bapak, ibu lan pak S. Ana lantai siji ora suwe, kersane ndang kemput sampek ndhuwur dhewe terus istirahat.

Aku ndherek wae kersane bapak. Aku ndherekne ana mburi ning ya tetep namatake rega barang-barang masiya aku ora arep tuku, nganti ora pati nggatekake sapa kang dak dherekake. Malah priyantun telu bubar dhewe-dhewe. Ning penjaga counter sing ngepasi ning ngarepku padha ngguyu kabeh. Bareng aku noleh menyang mburi, wadhuh!! Pak S salah dalan. Escalator sing mudhun, pak S malah tindak munggah. Dadine ya malah mandhek lan rada sempoyongan. “Wah pak S, menika ingkang mandhap pak??” untunge ora pati ana wong. “Sorry ya mbak, bapak iki wis sepuh,” kandhaku karo ngandheng pak S pindhah menyang escalator munggah. He..he..dhasar wong ndesa….@

SEPEDHAH MONTOR SILIHAN

Dina iku pancen rada kesengsem tenan, lha piye kancaku sak kosan lagi wae padha bali menyang daerahe dhewe. Kancaku mau nggawa sepedhah montor, ananging dheweke bali jajal numpak sepur. Mesthi wae aku kang dipasrahi ngopeni ples sak nggawene, menyang kampus ya dak gawa. Kaya dina iku lagi ana pentas tari jurusan arek-arek jurusan pendidikan seni tari, aku ora ketinggalan nonton. Sakliyane murah banget, idhep-idhep nggolek hiburan tur ana sepedhah montor nganggur.

Sepedhah montor tak parkir lan tak titipake satpam kang jaga. Aku langsung mlebu amarga karcise wis tuku dina sakdurunge lan oleh ijol stiker . Ananging lagi oleh telung pementasan aku ora betah ngantuke, pancen kegiatane jam loro awan tur aku kawit isuk kuliah padhet, bengine nglembur tugas nganti wengi.

Aku age-age metu, njujug menyang parkiran. Ing parkiran katon akeh cewek-cewek kang nggrombol, wis mesthi ora percaya diri aku, lha piye, aku lanang dhewe nrobos cewek sak mono akehe. Gandheng aku wis kadhung kesel, dak wanek-wanekake, ora lidok “mas, dhewekan ya??”, “tak kancani ya?”, wis embuh akeh cluluke arek-arek mau. Aku meneng wae karo semu ingah-ingih.

Aku terus jupuk sepedhah karo ora pati maelu gojlogane cewek-cewek mau, bareng kontak tak lebokake kok ora mlebu-mlebu, tak uthak-uthik panggah ora kenek, “nyapa iki?”, grenengku dhewe. Bareng tak sawang, walah jebule sing tak gawa dudu sepedhahe montor kancaku. Akhire aku mbalik maneh ngijolne sepedhah, karo abang ireng ngrungokake gojlokane cewek-cewek mau. Dhasar cowok ora pedhean…he..he…@

TANDA TANGAN

Pak R kuliahe wis ngancik semester akhir, program penyetaraan kang didhereki kari nggarap skripsi lan ndherek kuliah patang sks. Tindak kampus seminggu telung ndina malah mlebune sore jam loro nganti bubar maghrib. Kang repot iku yen ngepasi musim rendheng, lha daleme Pnggul terus kuliahe ana ing Trenggalek.

Nalika nggarap skripsi wulane Januari udan kala semana wis deres, jadwale ngrampungake skripsi kang siap diuji. Nalika iku wiwit jam sanga wis udan, isuk wis ngendikan karo aku,”Dik, aku engko ki wayahe nyuwun tanda tangan nyang dosen penguji, jadwale jam setengah loro”. Tak sauri wae,”Kantun ngaten mawon kok, berarti skripsinipun rak 99,99 persen beres,” karo setengah tak guyoni. “Udane iki lho sing setengah tak awang-awangi,” ngendikane karo ngemu susah tenan.

Jam sewelas wis pamit dhisik marang Kepala Sekolah, pak R kelakon budhal tenan nembus udan lan thathit kang kadhang kala ana bledheke barang, karo ngasta pirang-pirang bendhel skripsian kang during dijilid. Saibo repote maneh rawuh Trenggalek ing ngarepe SMA 1, pak R meh wae nubruk bocah sekolah kang nyabrang dalan, sakala pak R ngerim ngeget sepedhahe. Untung ora nganti nubruk, mung wae skripsian kang dijepit ing antarane setir lan jok sepedhahe padha ceblok malah ana salah sijine tik-tikan computer kang mblobor kena banyu, akhire pak R pinarak rentalan cedhake kampus. Tenan, bareng dicek salah sijine lembar kanga arep disuwunake tapak asma katut mblobor.

Yen lagi apes, rentalan kok ya antri, pak R telat nggoleki dhosene, jam wis nudhuhake jam telu kurang sithik. Wis mesthi bingunge, sesuk padahal kudu nderek ujian, wis kadhung bingunge pak R kepeksa arep nanda tangani piyambak pengesahan skripsi mau. “Menawi kepareng kula tanda tanganane pak sanipun pajeng?”, swara saka mburi pak R, sakala pak R jomblak, “ ngapunten pak..” karo ngaturake lembar pengesahan lan ngendikan apa kedadean kang sakbenere. “Walah…walah….nggih boten kepareng to pak, naminipun rak pemalsuan….” Gunemku ing Sekolahan karo Pak R.@

SUDAH SAATNYA PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP MENDAPATKAN PERHATIAN YANG SERIUS DI SEKOLAH DASAR

Oleh : KABUL TRIKUNCAHYO, S.Pd. *)
Melihat peristiwa banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan berbagai bencana yang terjadi saat ini, penulis ingat dengan masa - masa di sekolah di Trenggalek. Pada saat itu masih dapat melihat gunung dengan selimut pepohonan yang sangat tebal. Sebagai contoh penulis, apabila hari menjelang petang jalan dari Trenggalek menuju Kecamatan Panggul ( sebuah kecamatan 56 km di selatan kota ), kendaraan jarang yang berani melewatinya dari akibat sangat rimbunnya pohon - pohon di hutan sepanjang jalan tersebut. Ada satu atau dua kendaraan yang lewat tidak jarang menjumpai binatang - binatang hutan seperti babi hutan, harimau, atau monyat serta banyaknya ayam hutan.Yang akhirnya dari sebuah perjalanan tersebut menjadi bahan pembicaraan dengan seseorang atau bahan cerita kepada anak - anak betapa hebatnya hutan sebagai lingkungan hidup dengan segala kehidupan di dalamnya.
Yang hebat lagi pemandangan alam dilihat di sepanjang jalan yang melalui perbukitan, sungguh luar biasa.Terpesona dengan kecantikan alam tersebut banyak yang menyatukan diri dengan alam dengan berhenti sejenak dengan menikmati "bontrotan" atau nasi bungkus yang sengaja disediakan dari rumah untuk dinikamati ditepi hutan,hmm...luar biasa.Nah, yang tidak kalah asyik lagi ketika guru Biologi saya memberi tugas untuk mencari berbagai jenis tumbuhan dan pengamatan berbagai jenis burung di hutan, tidaklah sulit !
Tetapi kenyataan sekarang, dimana - mana hutan habis. Yang terjadi adalah longsor, banjir, kekurangan sumber air, dan jalan - jalan beraspal rusak akibat genangan lumpur dan air dari longsoran - longsoran yang terjadi di tepi jalan di perbukitan. Ditambah lagi berita perusakan habitat biota laut,pencurian terumbu karang,penangkapan ikan menggunakan bom ikan, dan berita - berita tangan - tangan jahil terhadap kelestarian lingkungan hidup. Terlepas dari itu, pertanyannya sekarang adalah, siapa yang menyebabkan dan siapa yang rugi ?. Itu contoh kecil saja yang dapat saya ilustrasikan, percaya kalau daerah - daerah lain yang notabene daerah banyak hutan, sekarang nasibnya sama atau bahkan sama persis, dan yang mendengar berita tersebut dan peduli, tentu akan geram dibuatnya.
Keselamatan lingkungan memang perlu dikenalkan sejak dini melalui pendidikan di Sekolah Dasar sebagai pendidikan dasar mengenal, menghargai dan menghormati lingkungan. Jangan sampai motif - motif ekonomi berdampak buruk pada lingkungan, akhirnya yang akan menikmati kesengsaraan adalah generasi - generasi masa depan kita sendiri yang tidak pernah tahu kejayaan dan kehebatan alam sebagai lingkungan hidup.Maka dari itu sangat di pahami apabila Pendidikan Lingkungan Hidup harus tegas diberikan di Sekolah Dasar sebagai tonggak pemahaman dasar tentang lingkungan hidup peserta didik untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan materinyapun tentu akan lebih kompleks lagi.
Sampai saat ini sosialisasi pendidikan lingkungan hidup di sekolah - sekolah, terutama di tingkat Sekolah Dasar masih minim. Akibatnya, perusakan lingkungan sampai sekarang terjadi di berbagai tempat di negara kita. Apabila melakukan tindakan pengrusakan lingkungan mungkin paham mereka melakukan pengrusakan lingkungan, tetapi mereka tetap melakukan pengrusakan dimungkinkan mereka tidak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup secara baik sejak di awal - awal sekolah .Pada masa -masa pendidikan awal ( SD ) ingatan (retensi) pada anak - anak masih stabil, sehingga pendidikan lingkungan hidup apabila diberikan secara baik dan terarah nantinya akan tetap menempel dan tidak mudah luntur pada ingatannya.Sehingga nantinya tanggung jawab mereka bisa dipertanggungkan dalam mengelola negeri ini, kaitannya pada pengelolaan lingkungan hidup.
Apabila teori J.Peaget yang merumuskan tiga ranah pendidikan yaitu, Kognitif ( intelegensi ), Afektif ( sikap ) dan Psikomotor ( gerak ) diterapkan pada pelajaran tentang Lingkungan Hidup, dunia pendidikan kita akan menyumbangkan generasi - generasi yang paham betapa pentingnya Lingkungan Hidup. Pada ranah Kognitif, tentu materi - materi secara teoritis akan mampu diserap oleh peserta didik dan bisa dijadikan prinsip untuk menentukan sikap mereka ( ranah afektif ), dan tindakan (psikomotor) yang terhormat dan bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup sebagai kekuatan alam di dunia ini akan dapat diwujudkannya nanti mereka sudah terjun di masyarakat.
Menjadi generasi - generasi masa depan yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan lingkungan merupakan tantangan bagi peserta didik untuk menyelamatkan bumi kita. Jika memperhatikan Al Gore, peraih nobel perdamaian 1997 dalam film dokumenter An Incovenient Truth ada gambaran yang menarik yaitu kemajuan ekonomi dengan batangan emas dan bola bumi ( globe ), apabila disuruh memilih antara emas dengan keselamatan bumi, setiap orang akan berfikir untuk memilih emas,(Sindo,17-12-2007 ).Keselamatan bumi tentu lebih penting untuk tempat tinggal kita dibandingkan bergelimang harta dan menderita akibat kerusakan lingkungan. Jadi, jangan sampai generasi - generasi masa depan kita yang sekarang di Sekolah Dasar tidak mendapatkan (ekstrimnya "doktrin" ) pelajaran tentang lingkungan hidup.Yang dikhawatirkan apabila kelak sudah menjadi pelaku - pelaku ekonomi, menjadi pelaku yang kurang beradab terhadap kehormatan lingkungan.
Negara kita, bahkan dunia dihebohkan dengan perubahan iklim ( climmate change )dan fenomena alam yang disebabkan oleh pemanasan global ( global warming ) yang diantaranya disebabkan oleh minimnya setoran ( supplay ) nafas hutan di dunia ini. Konon hutan di Indonesia juga tidak sedikit dalam menyumbangkan 02 ( oksigen ) ke dunia. Ibaratkan paru - paru sudah terkontaminasi dengan racun asap kendaraan dan asap dari cerobong - cerobong asap industri di seluruh dunia ini. Sehingga beberapa waktu yang lalu Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi mengenai Perubahan Iklim (UNFCCC) di Nusa Dua, Bali. Mulai tanggal 3 Desember-14 Desember 2007 untuk membahas dampak pemanasan global. Pertemuan ini dilaksanakan untuk mendiskusikan pengurangan efek rumah kaca di dunia dengan diikuti 186 negara dan diselenggarakan oleh badan PBB.
Melihat betapa pentingnya keselamatan lingkungan kita, kini sudah saatnya apabila di Sekolah Dasar pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup mendapatkan perhatian yang serius lagi.Pendidikan Lingkungan Hidup sebenarnya mendapatkan perhatian, tahun 2001 Depdiknas dengan Kementerian LH mengadakan kerjasama tetapi dinilai gagal. Dalam situs Kementerian Lingkungan Hidup, Pengembangan dan pemantapan pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup di sekolah-sekolah sudah dilakukan antara lain melalui penataran guru, penggalakkan bulan bakti lingkungan, penyiapan Buku Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH) untuk Guru SD, SLTP, SMU dan SMK , program sekolah asri, dan lain-lain. Selain itu, berbagai insiatif dilakukan baik oleh pemerintah, LSM, maupun erguruan tinggi dalam mengembangkan pendidikan lingkungan hidup melalui kegiatan seminar, sararasehan, lokakarya, penataran guru, pengembangan sarana pendidikan seperti penyusunan modul-modul integrasi, buku-buku bacaan dan lain-lain. Di tingkat duniapun Pada tahun 1975, sebuah lokakarya internasional tentang pendidikan lingkungan hidup diadakan di Beograd, Jugoslavia. Pada pertemuan tersebut dihasilkan pernyataan antar negara peserta mengenai pendidikan lingkungan hidup yang dikenal sebagai "The Belgrade Charter - a Global Framework for Environmental Education".
Perlunya Implementasi di Sekolah Dasar
Melihat pentingnya Lingkungan Hidup, sudah saatnya Mata Pelajaran Lingkungan Hidup di Sekolah Dasar mendapatkan perhatian dan penekanan yang serius baik dalam standar isi, kompetensi dasar, dan indikator sehingga setiap daerah memiliki pandangan yang sama tentang konsep Lingkungan Hidup yang harus diterima oleh peserta didik.Sehingga pendidikan kita melalui mata pelajaran Lingkungan Hidup dapat menyumbangkan putra - putra bangsa yang diawali di pendidikan dasar ( SD ) untuk mengenal betapa pentingya lingkungan hidup sebagai aset terpenting bumi kita dan dapat berperilaku bertanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan hidup sebagai penyumbang asset alam.@
*) Penulis adalah guru di SDN Klepu 1, Sudimoro, Pacitan.

PENGALAMAN DI TEMPAT KERJA DENGAN TEORI MANAJEMEN

Tempat Kerja

SDN Klepu 1 merupakan salah satu lembaga pendidikan dasar yang berada di lingkup Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan. Sekolah ini merupakan SD inti masuk dalam gugus 5, sebagai pusat kegiatan guru ( PKG ) yang membawahi 5 SD imbas dalam kegiatan guru dalam pengembangan belajar, pengembangan dan advokasi kurikulum, peningkatan mutu guru dan siswa serta sebagai tempat pengembangan kinerja kepala sekolah dalam Musyawarah Kerja Kepala Sekolah ( MKKS ).

Sebagai SD inti yang memiliki tanggung jawab terhadap perkembangan belajar siswa sendiri dan lima SD yang dibawahinya, manajemen sangat diperlukan untuk mengolah seluruh kegiatan yang dibebankan dari dinas. Manajemen yang diberlakukan di SDN Klepu 1 ada beberapa komponen, yaitu :

A. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran

Manajemen yang diberlakukan adalah implementasi kurikulum. Perencanaan kurikulum menjadi tanggung jawab Depdiknas (IGK Wardhani 2007). Selain itu sekolah kami bertanggung terhadap pengembangan kurikulum dan program pengajaran yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian perubahan atau perbaikan program pengajaran di sekolah. Untuk kepentingan tersebut, dilakukan penilaian kesesuaian program kurikulum ( pada standar isi ) yang ada terhadap kepentingan murid, misalnya mata pelajaran Seni dan Budaya, sekolah harus merencanakan jenis seni yang sesuai dengan budaya lokal Pacitan dan tidak terlepas dari standar isi kurikulum. Setelah itu merencanakan program pengajaran melalui Standar Isi, Silabus, Program Semester, Satuan Pelajaran / RPP. Setelah rencana pembelajaran selesai, lalu melaksanakan pembelajaran di kelas. Kegiatan yang terakhir adalah evaluasi pembelajaran.

B. Manajemen Tenaga Kependidikan

Manajemen tenaga kependidikan bertujuan untuk mendayagunakan tenaga kependidikan yang ada di sekolah untuk mencapai hasil pendidikan yang optimal, (Pedoman Administrasi Sekolah, Depdikbud 1997). Manajemen yang dilaksanakan terdiri dari : Perencanaan kebutuhan pegawai ( guru ), biasanya setiap bulan melalui laporan bulan melaporkan rencana kebutuhan guru ke Unit Pendidikan Kecamatan, menerima pegawai baru berdasarkan kuota yang diberikan oleh dinas pendidikan, pembinaan pegawai untuk peningkatan status kepegawaian (gaji dan tunjangan), tingkat dan golongan dan pengembangan karir, yang terakhir adalah penilaian pegawai melalui Daftar Penilaian Pekerjaan Pegawai ( DP3 ) setaip tahun.

C. Manajemen Kesiswaan

Manajemen kesiswaan dikenal juga dengan istilah manajemen kemuridan ( peserta didik/siswa ), merupakan salah satu bidang manjemen yang dilaksanakan di SDN Klepu 1. Kegiatan ini meliputi perencanaan kebutuhan siswa baru berdasarkan jumlah kelas, pelaksanaan penerimaan siswa baru (PSB), pendataan dengan lengkap tentang siswa baru, pengenalan siswa baru terhadap lingkungan sekolah, pelaksanaan KBM, evaluasi pembelajaran dan laporan hasil pembelajaran kepada orang tua siswa.

D. Manajemen Keuangan

Tugas dalam manajemen keuangan terdiri dari perencanaan keuangan dan kebutuhan yang tertuang dalam RAPBS ( Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah ), pelaksanaan anggaran berdasarkan rencana yang dibuat dan evaluasi terhadap pencapaian sasaran.

E. Manajemen Sarana dan Prasarana

Mulyasa (2003) mengemukaan bahwa dalam manjemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan. Di SDN Klepu 1, Kegiatan manjemen ini meliputi perencanaan, pengadaan, pengadaan, penyimpanan dan inventarisasi, penghapusan serta penataan.

F. Manjemen Hubungan Masyarakat

Sebagai upaya menjalin komunikasi antar sekolah dengan masyarakat dan untuk mensosialisasikan program – progam sekolah dan pemerintah dalam bidang pendidikan maka dibentuklah wadah hubungan masyarakat yang ternaung dalam komite sekolah sebagai stake holder lembaga pendidikan termasuk yang ada di SDN Klepu 1. Manjemen Humas dalam Komite sekolah ini dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut : 1. Persiapan pembentukan kepengurusan 2. Pelaksanaan pemilihan pengurus 3. Kegiatan Komite ( yang di dalamnya terkandung fungsi kehumasan ). 4. Evaluasi.

Teori Manajemen

Dalam setiap kegiatan yang ada di lembaga tidak terlepas dari kegiatan manajemen yang diawali dari tori manajemen, hal ini semata – mata untuk mendapatkan output yang baik dan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Menurut Lucia N, dalam modul Manajemen 2009. Manajemen merupakan sebuah proses yang terdiri atas fungsi – fungsi perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan pengendalian kegiatan sumber daya manusia dan sumber daya manusia lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efisien. Menurut J.Terry dalam TIM TAP, UT 2008 kegiatan manajemen setidaknya adanya Palnning, Organizing, Actuating dan Controlling.

Kesimpulan

Dalam kegiatan di SDN Klepu 1 setelah ditelaah berdasarkan teori manajeman ternyata terdapat unsur – unsur manajemen yang tidak terpisahkan dalam setiap pelaksanaan kegiatan sekolah. Jika penulis gambarkan, keterkaitan manajamen dengan teori manjemen yang ada di SDN Klepu 1, adalah sebagai berikut :

Kegiatan SDN Klepu 1

Teori Manjemen

Hasil Kegiatan

Praktik manajemen

Bahan Pustaka

Depdikbud.1997.Pedoman Administrasi sekolah.Jakarta : Depdikbud

Mulyasa E.2003.Konsep, Strategi, Implementasi MBS. Bandung : Remaja Rosda Karya.

N Lucia.2009.Modul Manajemen.STIEI Malang

TIM TAP.2008.Tugas Akhir Program.Jakarta: UT

Wardani IGK.2007.Kurikulum dan Implementasi. Jakarta : UT