07 Juli 2009

SUDAH SAATNYA PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP MENDAPATKAN PERHATIAN YANG SERIUS DI SEKOLAH DASAR

Oleh : KABUL TRIKUNCAHYO, S.Pd. *)
Melihat peristiwa banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan berbagai bencana yang terjadi saat ini, penulis ingat dengan masa - masa di sekolah di Trenggalek. Pada saat itu masih dapat melihat gunung dengan selimut pepohonan yang sangat tebal. Sebagai contoh penulis, apabila hari menjelang petang jalan dari Trenggalek menuju Kecamatan Panggul ( sebuah kecamatan 56 km di selatan kota ), kendaraan jarang yang berani melewatinya dari akibat sangat rimbunnya pohon - pohon di hutan sepanjang jalan tersebut. Ada satu atau dua kendaraan yang lewat tidak jarang menjumpai binatang - binatang hutan seperti babi hutan, harimau, atau monyat serta banyaknya ayam hutan.Yang akhirnya dari sebuah perjalanan tersebut menjadi bahan pembicaraan dengan seseorang atau bahan cerita kepada anak - anak betapa hebatnya hutan sebagai lingkungan hidup dengan segala kehidupan di dalamnya.
Yang hebat lagi pemandangan alam dilihat di sepanjang jalan yang melalui perbukitan, sungguh luar biasa.Terpesona dengan kecantikan alam tersebut banyak yang menyatukan diri dengan alam dengan berhenti sejenak dengan menikmati "bontrotan" atau nasi bungkus yang sengaja disediakan dari rumah untuk dinikamati ditepi hutan,hmm...luar biasa.Nah, yang tidak kalah asyik lagi ketika guru Biologi saya memberi tugas untuk mencari berbagai jenis tumbuhan dan pengamatan berbagai jenis burung di hutan, tidaklah sulit !
Tetapi kenyataan sekarang, dimana - mana hutan habis. Yang terjadi adalah longsor, banjir, kekurangan sumber air, dan jalan - jalan beraspal rusak akibat genangan lumpur dan air dari longsoran - longsoran yang terjadi di tepi jalan di perbukitan. Ditambah lagi berita perusakan habitat biota laut,pencurian terumbu karang,penangkapan ikan menggunakan bom ikan, dan berita - berita tangan - tangan jahil terhadap kelestarian lingkungan hidup. Terlepas dari itu, pertanyannya sekarang adalah, siapa yang menyebabkan dan siapa yang rugi ?. Itu contoh kecil saja yang dapat saya ilustrasikan, percaya kalau daerah - daerah lain yang notabene daerah banyak hutan, sekarang nasibnya sama atau bahkan sama persis, dan yang mendengar berita tersebut dan peduli, tentu akan geram dibuatnya.
Keselamatan lingkungan memang perlu dikenalkan sejak dini melalui pendidikan di Sekolah Dasar sebagai pendidikan dasar mengenal, menghargai dan menghormati lingkungan. Jangan sampai motif - motif ekonomi berdampak buruk pada lingkungan, akhirnya yang akan menikmati kesengsaraan adalah generasi - generasi masa depan kita sendiri yang tidak pernah tahu kejayaan dan kehebatan alam sebagai lingkungan hidup.Maka dari itu sangat di pahami apabila Pendidikan Lingkungan Hidup harus tegas diberikan di Sekolah Dasar sebagai tonggak pemahaman dasar tentang lingkungan hidup peserta didik untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan materinyapun tentu akan lebih kompleks lagi.
Sampai saat ini sosialisasi pendidikan lingkungan hidup di sekolah - sekolah, terutama di tingkat Sekolah Dasar masih minim. Akibatnya, perusakan lingkungan sampai sekarang terjadi di berbagai tempat di negara kita. Apabila melakukan tindakan pengrusakan lingkungan mungkin paham mereka melakukan pengrusakan lingkungan, tetapi mereka tetap melakukan pengrusakan dimungkinkan mereka tidak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup secara baik sejak di awal - awal sekolah .Pada masa -masa pendidikan awal ( SD ) ingatan (retensi) pada anak - anak masih stabil, sehingga pendidikan lingkungan hidup apabila diberikan secara baik dan terarah nantinya akan tetap menempel dan tidak mudah luntur pada ingatannya.Sehingga nantinya tanggung jawab mereka bisa dipertanggungkan dalam mengelola negeri ini, kaitannya pada pengelolaan lingkungan hidup.
Apabila teori J.Peaget yang merumuskan tiga ranah pendidikan yaitu, Kognitif ( intelegensi ), Afektif ( sikap ) dan Psikomotor ( gerak ) diterapkan pada pelajaran tentang Lingkungan Hidup, dunia pendidikan kita akan menyumbangkan generasi - generasi yang paham betapa pentingnya Lingkungan Hidup. Pada ranah Kognitif, tentu materi - materi secara teoritis akan mampu diserap oleh peserta didik dan bisa dijadikan prinsip untuk menentukan sikap mereka ( ranah afektif ), dan tindakan (psikomotor) yang terhormat dan bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup sebagai kekuatan alam di dunia ini akan dapat diwujudkannya nanti mereka sudah terjun di masyarakat.
Menjadi generasi - generasi masa depan yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan lingkungan merupakan tantangan bagi peserta didik untuk menyelamatkan bumi kita. Jika memperhatikan Al Gore, peraih nobel perdamaian 1997 dalam film dokumenter An Incovenient Truth ada gambaran yang menarik yaitu kemajuan ekonomi dengan batangan emas dan bola bumi ( globe ), apabila disuruh memilih antara emas dengan keselamatan bumi, setiap orang akan berfikir untuk memilih emas,(Sindo,17-12-2007 ).Keselamatan bumi tentu lebih penting untuk tempat tinggal kita dibandingkan bergelimang harta dan menderita akibat kerusakan lingkungan. Jadi, jangan sampai generasi - generasi masa depan kita yang sekarang di Sekolah Dasar tidak mendapatkan (ekstrimnya "doktrin" ) pelajaran tentang lingkungan hidup.Yang dikhawatirkan apabila kelak sudah menjadi pelaku - pelaku ekonomi, menjadi pelaku yang kurang beradab terhadap kehormatan lingkungan.
Negara kita, bahkan dunia dihebohkan dengan perubahan iklim ( climmate change )dan fenomena alam yang disebabkan oleh pemanasan global ( global warming ) yang diantaranya disebabkan oleh minimnya setoran ( supplay ) nafas hutan di dunia ini. Konon hutan di Indonesia juga tidak sedikit dalam menyumbangkan 02 ( oksigen ) ke dunia. Ibaratkan paru - paru sudah terkontaminasi dengan racun asap kendaraan dan asap dari cerobong - cerobong asap industri di seluruh dunia ini. Sehingga beberapa waktu yang lalu Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi mengenai Perubahan Iklim (UNFCCC) di Nusa Dua, Bali. Mulai tanggal 3 Desember-14 Desember 2007 untuk membahas dampak pemanasan global. Pertemuan ini dilaksanakan untuk mendiskusikan pengurangan efek rumah kaca di dunia dengan diikuti 186 negara dan diselenggarakan oleh badan PBB.
Melihat betapa pentingnya keselamatan lingkungan kita, kini sudah saatnya apabila di Sekolah Dasar pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup mendapatkan perhatian yang serius lagi.Pendidikan Lingkungan Hidup sebenarnya mendapatkan perhatian, tahun 2001 Depdiknas dengan Kementerian LH mengadakan kerjasama tetapi dinilai gagal. Dalam situs Kementerian Lingkungan Hidup, Pengembangan dan pemantapan pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup di sekolah-sekolah sudah dilakukan antara lain melalui penataran guru, penggalakkan bulan bakti lingkungan, penyiapan Buku Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH) untuk Guru SD, SLTP, SMU dan SMK , program sekolah asri, dan lain-lain. Selain itu, berbagai insiatif dilakukan baik oleh pemerintah, LSM, maupun erguruan tinggi dalam mengembangkan pendidikan lingkungan hidup melalui kegiatan seminar, sararasehan, lokakarya, penataran guru, pengembangan sarana pendidikan seperti penyusunan modul-modul integrasi, buku-buku bacaan dan lain-lain. Di tingkat duniapun Pada tahun 1975, sebuah lokakarya internasional tentang pendidikan lingkungan hidup diadakan di Beograd, Jugoslavia. Pada pertemuan tersebut dihasilkan pernyataan antar negara peserta mengenai pendidikan lingkungan hidup yang dikenal sebagai "The Belgrade Charter - a Global Framework for Environmental Education".
Perlunya Implementasi di Sekolah Dasar
Melihat pentingnya Lingkungan Hidup, sudah saatnya Mata Pelajaran Lingkungan Hidup di Sekolah Dasar mendapatkan perhatian dan penekanan yang serius baik dalam standar isi, kompetensi dasar, dan indikator sehingga setiap daerah memiliki pandangan yang sama tentang konsep Lingkungan Hidup yang harus diterima oleh peserta didik.Sehingga pendidikan kita melalui mata pelajaran Lingkungan Hidup dapat menyumbangkan putra - putra bangsa yang diawali di pendidikan dasar ( SD ) untuk mengenal betapa pentingya lingkungan hidup sebagai aset terpenting bumi kita dan dapat berperilaku bertanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan hidup sebagai penyumbang asset alam.@
*) Penulis adalah guru di SDN Klepu 1, Sudimoro, Pacitan.